Asi perah merupakan sumber gizi yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, ada kalanya seorang ibu tidak dapat memberikan asi langsung kepada bayinya, entah karena alasan kesehatan atau pekerjaan. Oleh karena itu, Institut Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan panduan mengenai olahan asi perah menjadi bubuk.
Menurut IDAI, proses pengolahan asi perah menjadi bubuk harus dilakukan dengan hati-hati dan higienis. Pertama-tama, pastikan bahwa alat-alat yang digunakan untuk menyimpan dan mengolah asi perah sudah steril. Kemudian, panaskan asi perah hingga suhu sekitar 70 derajat Celsius selama 15 detik untuk membunuh bakteri yang berpotensi merusak gizi asi.
Setelah itu, biarkan asi perah dingin selama beberapa waktu sebelum dimasukkan ke dalam mesin pengering. IDAI menyarankan untuk menggunakan mesin pengering dengan suhu rendah agar kandungan nutrisi dalam asi tetap terjaga. Proses pengeringan ini dapat memakan waktu beberapa jam hingga bubuk asi perah benar-benar kering dan halus.
Setelah menjadi bubuk, asi perah dapat disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan diletakkan di tempat yang sejuk dan kering. Saat akan digunakan, cukup tambahkan air hangat ke dalam bubuk asi perah dan aduk hingga larut sempurna. Bubuk asi perah yang telah diolah dengan benar dapat bertahan hingga beberapa bulan jika disimpan dengan baik.
Dengan mengikuti panduan dari IDAI ini, ibu yang tidak dapat memberikan asi langsung kepada bayinya tetap dapat memberikan gizi yang optimal melalui asi perah yang telah diolah menjadi bubuk. Selain itu, proses pengolahan ini juga dapat memudahkan ibu dalam menyimpan dan membawa asi perah ke mana pun mereka pergi. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para ibu yang sedang merawat bayi mereka.