Jualan Ka’bah dan Kisah-kisah yang Terserak: Cerita Perjalanan PPIH
Pada bulan Ramadhan yang lalu, ribuan jemaah haji dari seluruh dunia berkumpul di Tanah Suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Di tengah-tengah keramaian tersebut, terdapat sekelompok orang yang memiliki tugas yang sangat penting, yakni para petugas Penyelenggara Perjalanan Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas menjaga dan memberikan pelayanan kepada jemaah haji selama berada di Tanah Suci.
Salah satu cerita menarik yang terjadi selama perjalanan PPIH adalah kisah tentang “Jualan Ka’bah”. Diceritakan bahwa salah seorang petugas PPIH yang sangat terkesan dengan keindahan Ka’bah, memutuskan untuk membeli sebuah replika Ka’bah sebagai kenang-kenangan. Namun, dengan kekagumannya yang besar terhadap Ka’bah, ia pun menghadapi dilema yang sulit, yaitu harus memilih replika Ka’bah yang terbaik di antara berbagai penjual yang menawarkan berbagai macam replika Ka’bah.
Dengan penuh keyakinan bahwa ia harus mendapatkan replika Ka’bah yang terbaik, petugas PPIH tersebut pun mulai menjelajahi pasar-pasar tradisional di sekitar Masjidil Haram untuk mencari replika Ka’bah yang sesuai dengan keinginannya. Dari satu penjual ke penjual lainnya, ia terus mencari replika Ka’bah yang sempurna, hingga akhirnya ia menemukan replika Ka’bah yang sesuai dengan kriteria yang ia inginkan.
Namun, perjalanan petugas PPIH tersebut tidak berakhir di situ. Ketika ia hendak pulang ke Indonesia, ia mengalami masalah dengan barang belanjaannya. Saat bagasi pesawatnya akan diperiksa, ia diminta untuk membuka koper dan menunjukkan replika Ka’bah yang ia beli. Namun, ketika ia membuka koper, ia terkejut melihat bahwa replika Ka’bah yang ia beli ternyata telah rusak akibat perlakuan kasar petugas bandara.
Dengan hati yang hancur, petugas PPIH tersebut pun bercerita kepada petugas bandara tentang betapa berharganya replika Ka’bah tersebut baginya. Mendengar cerita tersebut, petugas bandara pun merasa sangat menyesal atas perlakuan yang dilakukannya. Mereka pun mencoba untuk memperbaiki replika Ka’bah tersebut dengan sebaik mungkin, meskipun tidak bisa mengembalikan keindahan yang sebelumnya.
Kisah “Jualan Ka’bah” ini menjadi pelajaran berharga bagi petugas PPIH dan juga bagi kita semua. Keindahan Ka’bah memang sungguh luar biasa, namun yang lebih penting adalah makna dan kekhusyukan di dalamnya. Sebagai umat muslim, kita harus selalu menghargai dan menjaga segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah kita, termasuk Ka’bah yang merupakan kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu menghargai dan menjaga keindahan dan kekhusyukan dalam ibadah kita.